Senin, 22 Maret 2021
Jumat, 19 Februari 2021
1.
Penegrtian Integrasi Social
Integrase berasal
dari Bahasa integration yang berarti penggabungan. Beberapa pengertian
integrase menurut para ahli sebagai berikut
· Paul B. Horton
Integrase adalah
proses pengembangan masyarakat yang mana segenap kelompok ras dan etnik mampu
berperan bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi
· Hendropuspito
Integrase social
adalah suatu kondisi kesatuan hidup bersama dari aneka satuan system social
budaya, kelompok-kelompok, etnis dan kemasyarakatan, untuk berinteraksi dan
bekerjasama berdasarkan nilai-nilai dan norma dasar bersama guna mewujudkan
fungsi social budaya yang maju tanpa mengorbankan ciri kebhinekaan yang ada
· Baton
Integrase sebagai
pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak
memberikan fungsi penting pada perbedaan pada ras tersebut
· Myron Weyner
Integrase social
adalah penyatuan kelompok budaya dan kelompok social ke dalam satu kesatuan
wilayah dan dalam pembentukan suatu identitas yang dicita-citakan
2.
Syarat Integrasi Sosial
Syarat integrase
menurut Willian F. Ogburn dan Mayer Nimkoff adalah sebagai berikut
a) Anggota masyarakat
merasa bahwa ereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka
b) Masyarakat
berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai nilai dan norma
c) Nilai dan norma
itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten
3.
Factor yang Memengaruhi Cepat Lambatnya Integrasi
Sosial
· Homogenitas
kelompok, semakin tinggi homogenitas masyarakat, integrase social akan
berlangsung lebih cepat
· Besar kecilnya
kelompok, semakin besar kelompok dan semakin majemuk kelompok tersebut,
integrase social akan lebih lambat tercapai
· Mobilitas
geografis, semakin tingginya tingkat mobilitas geografis masyarakat akan
semakin sulit berintegrasi karena masyarakat mudah dating dan pergi disuatu
wilayah
· Efektifitas
komunikasi, komunikasi yang semakin efektif dalam masyarakat akan semakin
mempercepat proses integrase social
4.
Bentuk-bentuk Integrasi social
Bentuk integrase
social antara lain sebagai berikut
a) Integrasi normatif,
integrasi yang terjadi karena adanya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Contoh : masyarakat yang disatukan dengan norma gotong royong yang berlaku
dalam masyarakat
b) Integrase
fungsional, integrase yang terbentuk karena adanya fungsi-fungsi tertentu
tertentu dalam masyarakat. Contoh: persatuan guru karena mereka memiliki fungsi
sebagai pendidik bangsa
c) Integrase koersif,
merupakan integrase yang terbentuk karena kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa
sehingga dapat mempersatukan masyarakat. Contoh : mahasiswa yang idealis
bersatu dibawah pimpinan ketua BEM yang tegas
5.
Proses Terjadinya Integrasi Sosial
Sebuah integrase
social dapat terjadi setelah melalui beberapa proses berikut
Keterangan :
· Akomodasi : dalam
akomodasi muncul keinginan dari berbagai pihak yang berbeda untuk saling
bekerjasama
· Kerjasama :
terwujudnya kerja sama dari berbagai pihak yang berbeda
· Koordinasi :
adanya kesatuan tindakan dari berbagai pihak yang berbeda
· Asimilasi : sebuah
proses social dimana masing-masing pihak yang berbeda berusaha mengurangi dan
menghilangkan perbedaan yang ada
6. Faktor Pendorong Integrasi Sosial
Factor pendorong
terwujudnya integrase social adalah sebagai berikut
·
Adanya rasa
toleransi terhadap kelompok lain yang berbeda
·
Adanya rasa
menghormati dan menghargai kebudayaan lain
·
Semakin majunya
teknologi komunikasi antar daerah
·
Terjadinya
perkawinan campuran antar suku bangsa yang berbeda
·
Adanya musuh
bersama dari luar
·
Pemerintahan yang
baik dan terbuka mampu mengakomodasi perbedaan kelompok
Senin, 15 Februari 2021
Historiografi
berarti karya sejarah dari masa lampau sampai masa sekarang (dikenal dengan
nama sejarah kontemporer). Di dalamnya tercakup pula pendekatan yang dipakai
para sejarawan yang menulisnya. Dalam perkembangannya historiografi di
Indonesia dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yakni historiografi kolonial
dan historiografi modern. Penulisan sejarah Indonesia sejak zaman kerajaan
sampai pasca kolonial umumnya ditandai dua hal:
·
Bersifat
politis dan ideologis, kurang ilmiah, serta
· Menunjukkan unsur kejayaan dan kebesaran dari struktur kekuasaan yang dominan.
Bagaimana
persisnya dinamika perkembangan penulisan sejarah Indonesia dari zaman kerajaan
sampai sekarang, mari kita ikuti secara seksama pembahasan tentang tahap-tahap
perkembangan historiografi Indonesia berikut.
1. Historiografi Tradisional
Penulisan. sejarah yang bercorak historiografi
tradisional di Indonesia sudah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Budha
sampai pada masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Menurut Taufik Abdullah,
pada fase historiografi tradisional, penulisan sejarah yang dilakukan lebih
merupakan ekspresi budaya dan pantulan keprihatinan sosial masyarakat atau
kelompok sosial yang menghasilkannya daripada usaha untuk merekam peristiwa
masa lalu. Ciri-ciri historiografi tradisional, yaitu sebagai berikut:
· Istana-sentris karena
berpusat pada keinginan dan kepentingan Raja
· Feodal aristokratis
karena berfokus pada kehidupan kaum bangsawan feudal, bukan kehidupan rakyat
jelata
· Subjektivitas tinggi
karena penulis hanya mencatat peristiwa penting di kerajaan dan atas permintaan
sang raja
· Tujuannya melegitimasi
dan melanggengkan kekuasaan serta kedudukan Raja.
· Banyak mengandung
anakronisme dalam penyusunannya
· Umumnya, penulisannya
tidak disusun secara ilmiah, serta banyak data yang bercampur baur antara unsur
mitos dan realitas. Berbagai mitos dan legenda diarahkan untuk mengukuhkan
kepercayaan bahwa Raja tidak sama dengan orang biasa.
· Sumber-sumber datanya
sulit untuk ditelusuri, bahkan terkadang mustahil dibuktikan. Dengan kata lain,
fakta sejarahnya sulit dibuktikan.
· Regio-sentris, artinya
banyak dipengaruhi oleh faktor kebudayaan masyarakat tempat naskah tersebut
ditulis.
Jenis karya yang dapat dikategorikan dalam
historiografi tradisional adalah prasasti (pada masa hindu-budha), babad dan hikayat.
Prasasti dimasukkan bagian dari tulisan sejarah tradisional karena prasastilah
yang menjadi sumber utama untuk mengetahui tentang kerajaan hindu-budha masa
awal. Adapun hikayat dan babad pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam
penyebutannya. Hikayat lebih dikenal di Melayu, sedangkan babad dikenal di
Mataram (Jawa).
Hikayat merupakan kesusastraan Melayu yang
keseluruhan ceritanya didominasi oleh karya-karya yang bernapaskan
ajaran-ajaran Islam. Hikayat memiliki dua bentuk penulisan, yaitu syair dan
pantun. Sementara itu, babad merupakan kronik-kronik yang panjang dan
terperinci yang ditulis dalam sajak yang sangat panjang dan terperinci yang
ditemukan dalam bahasa Jawa baru dan tidak ditemukan dalam bahasa Jawa kuno. Babad
banyak menceritakan tentang sejarah kerajaan-kerajaan, pahlawan-pahlawan, atau
kejadian-kejadian tertentu. Walaupun merupakan karya sastra babad memiliki
kedudukan yang penting dalam penulisan sejarah karena memuat tentang peristiwa-peristiwa.
Selain itu, ada serat, yaitu jenis kesusastraan Jawa yang merupakan saluran- saluran
dari bahasa Jawa kuno yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Jawa modern. Contohnya,
serat Rama serta Bratayudha dan serat Arjuna
sastrabahu.
2. Historiografi Kolonial
Historiografi kolonial adalah karya-karya
sejarah (tulisan sejarah) yang dengan ciri khas Eropa-sentris. Karya-karya
sejarah ini umumnya ditulis pada saat pemerintahan colonial, yaitu sejak zaman
VOC sampai ketika pemerintahan Hindia Belanda berakhir dan takluk kepada Jepang
(1942). Fokus utama historiografi kolonial adalah kehidupan warga Belanda di
Indonesia di Hindia Belanda. Contohnya, aktivitas-aktivitas warga Belanda,
pemerintahan colonial, pegawai kompeni, dan kegiatan para gubernur jenderal
dalam menjalankan tugasnya di Hindia Belanda. Kondisi rakyat Indonesia yang
terjajah tidak mendapat perhatian. Karya yang bercorak historiografi kolonial
diantaranya Opkomst van het Nederlandsch
Gezag in Oost-Indie karya J. K. J.
de Jonge dan Geschiedenis der Nederlanders
op Java 1600-1800 karya M. L. van Deventer.
3. Historiografi Modern
Sebagaimana dikemukakan oleh sejarawan Sartono
kartodirdjo, visi dasar historiografi nasional adalah menempatkan rakyat
Indonesia sebagai pemeran serta pelaku utama dari sejarahnya sendiri (history
from Within). Artinya, sejarah Indonesia ditulis berdasarkan pengalaman serta
sudut pandang orang Indonesia sendiri, bukan berdasarkan pengalaman serta sudut
pandang bangsa penjajah. Pengalaman serta sudut pandang bangsa penjajah pada
dasarnya bukanlah sejarah Indonesia, melainkan sejarah bangsa penjajah (Belanda)
di Indonesia.
Historiografi Indonesia kemudian diramaikan
oleh penulis sejarah Indonesia yang tidak mengabadikan unsur kritis rasa
nasionalisme. Karena sifatnya yang menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan, historiografi jenis ini disebut historiografi modern. Sebenarnya,
karya historiografi yang bersifat Indonesia-sentris dan ditulis oleh bangsa
Indonesia telah ada sebelum kemerdekaan. Karya tersebut berupa disertasi yang
berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten (tinjauan kritis tentang
sejarah Banten) karya Dr. Husein Djajadiningrat (1886-1960). Djajadiningrat dianggap
sebagai pelopor historiografi modern atau kritis karena dalam karya ini, ia
menggali fakta sejarah secara objektif, lepas dari kepentingan nilai, dan ideology,
ataupun seleranya sendiri.
Historiografi modern atau kritis menuntut
ketetapan metodologi dalam usaha untuk mendapatkan fakta sejarah secermat
mungkin, mengadakan rekonstruksi sebaik mungkin, serta menerangkannya setepat
mungkin sesuai kaidah-kaidah ilmiah. Selain itu, historiografi ini juga
memunculkan suatu terobosan baru, yaitu munculnya peranan-peranan rakyat kecil (wong
cilik) sebagai pelaku sejarah. Penulisan sejarah selama ini boleh dikatakan
didominasi oleh para tokoh-tokoh besar, seperti para pahlawan kemerdekaan atau
tokoh politik yang berpengaruh.
Sumber
: Hapsari, Ratna dan Adil, M.2017. Sejarah
Peminatan Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Senin, 08 Februari 2021
Peranan penelitian sejarah
Penelitian (riset)
adalah suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan
sistematis. Tujuannya menemukan, menafsirkan dan merevisi fakta-fakta sehingga
tercapai pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku,
teori atau hukum.
Penelitian sejarah
adalah proses mengkaji secara sistematis suatu peristiwa masa lalu dalam rangka
mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam serta makna dari peristiwa
itu.
Langkah-langkah
penelitian sejarah
Langkah-langkah itu,
yang disebut dengan metode ilmiah, merupakan pedoman yang digunakan dalam
meneliti suatu peristiwa sejarah. Langkah-langkah tersebut memperlihatkan
sebuah kerja ilmiah.
Metode penelitian
disebut juga metode sejarah, yaitu proses menguji dan menganalisis secara
kritis sumber sejarah dan peninggalan masa lampau dalam rangka menghasilkan
gambaran yang benar tentang peristiwa itu. Secara operasional, metode sejarah
itu adalah langkah-langkah penelitian yang harus dilalui peneliti dalam rangka
menghasilkan pemahaman yang tepat tentang suatu peristiwa masa lalu.
Menurut Kuntowijoyo,
langkah-langkah penelitian itu meliputi pemilihan topik, pengumpulan sumber
atau data (heuristic), verifikasi (kritik sejarah), interpretasi, dan penulisan
(historiografi). Metode itu hanyalah instrumen atau alat untuk memperoleh hasil
penelitian yang bermutu serta dapat diakui dan dipercaya masyarakat.
Dengan menggunakan
metode sejarah secara tepat, pertanyaan-pertanyaan dasar penelitian berikut ini
dapat dijawab tuntas sehingga pada glirannya mendukung sebuah historiografi
yang layak. Pertanyaan-pertanyaan dimaksud adalah sebagai berikut.
· Apa
(peristiwa apa) yang terjadi (What)?
· Kapan
terjadi peristiwa itu (When)?
· Dimana
terjadinya peristiwa itu (Where)?
· Siapa-siapa
saja yang terlibat dalam peristiwa itu dan apa hubungan antarpelaku (who)?
· Mengapa
peristiwa itu terjadi (Why)? Apa latar belakangnya? Apa saja factor-faktor
pemicunya?
· Bagaimana
proses terjadinya peristiwa itu (How)?
· Apa dampaknya terhadap kehidupan manusia waktu itu?
Langkah-langkah
penelitian sejarah, secara runtut yaitu memilih topik, mengumpulkan data, melakukan
verifikasi terhadap data, menginterpretasikan data dan menulis hasil
penelitian. Proses tersebut lazim disebut juga proses metodologis dalam
penelitian, yaitu langkah-langkah atau proses yang digunakankan di dalam
mencari dan menemukan jalan menuju kebenaran sejarah.
Kemampuan
metodologi sangat menentukan apakah seorang peneliti dapat dipercaya atau tidak
(faktor kredibilitas). Kredibilitas yang tinggi Artinya bahwa dalam pandangan
komunitas sejarah dan masyarakat, peneliti tersebut mengikuti prosedur-prosedur
ilmiah atau metode ilmiah yang ketat serta bersikap serius dalam meneliti
subjeknya.
Kemampuan
metodologis harus juga disertai dengan kemampuan lain, yaitu kemampuan teknis.
Dalam proses metodologis dan proses teknis inilah sejarawan terlibat dalam apa
yang sering kita sebut proses rekonstruksi masa lalu. Hasilnya diharapkan
memberikan gambaran yang benar tentang suatu peristiwa masa lalu yang diteliti
itu. Selanjutnya, mari kita ikuti langkah-langkah penelitian berikut.
a) Pemilihan Topik
Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian,
peneliti harus terlebih dahulu menentukan topik yang akan diteliti. Pemilihan
topik hendaknya memenuhi hal-hal sebagai berikut.
· Unik. Topik yang
dipilih mengundang rasa ingin tahu dan ketertarikan pembaca untuk membacanya
· Bernilai. Permasalahan
yang diteliti memiliki arti penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pada
akhirnya berguna bagi masyarakat
· Kesatuan. Unsur-unsur
yang dijadikan bahan penelitian mempunyai satu kesatuan ide
· Orisinal. Topik yang
dipilih merupakan sebuah upaya untuk melakukan sebuah pembuktian baru atas
peristiwa yang sama.
· Praktis. Data yang dibutuhkan
sesuai dengan kemampuan atau sumber daya yang dimiliki peneliti
Selain itu, dalam
proses pemilihan topik, seorang sejarawan harus memperlihatkan kedekatan
Kedekatan intelektual terhadap topik yang dipilih. Kedekatan emosional berarti
peneliti suka dan tertarik dengan topik yang dipilihnya. Hal ini penting sebab
penelitian yang dilakukan dengan senang hati lebih besar kemungkinannya
menghasilkan penelitian yang bermutu dibandingkan Penelitian yang dilakukan
setengah hati. Sementara itu, kedekatan intelektual berarti peneliti menguasai
topik yang dipilih.
b) Heuristik
Bukti sejarah adalah peninggalan-peninggalan
yang berkaitan dengan aktivitas manusia pada masa lampau yang dapat mendukung
kebenaran dari peristiwa yang diteliti. Bukti sejarah merupakan data atau
informasi penting untuk menyingkap kebenaran suatu peristiwa sejarah.
Istilah lazim untuk proses pengumpulan
bukti-bukti atau data ini adalah heuristic, dari kata bahasa Yunani heuriskein yang berarti mencari atau
menemukan. Data adalah kumpulan fakta atau informasi yang menjadi dasar bagi
analisis dan interpretasi peneliti. Informasi-informasi tersebut disebut sumber
sejarah.
Dalam semua kegiatan penelitian, sumber
merupakan acuan pokok dari materi yang akan dikaji. Kerja peneliti sama seperti
kerja seorang detektif, mengumpulkan dan melacak berbagai bukti dan informasi
tentang topik penelitiannya. Berbagai kemungkinan yang bisa terjadi kemudian
direkonstruksi dan diuji.
Berdasarkan cara mendapatkannya, sumber ada dua
macam, yaitu sumber primer dan sumber sekunder:
· Sumber primer, yaitu berupa wawancara langsung sumber
pertama (pelaku atau saksi sejarah), dokumen asli, laporan atau catatan, foto, relikui/benda
peninggalan, dan artefak. Berikut ini contoh data primer.
· Sumber sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari buku teks,
Koran, majalah, ensiklopedia, tinjauan penelitian dan referensi-referensi lain.
Berdasarkan bentuknya,
ada tiga macam sumber yaitu sumber, yaitu sumber tulisan, sumber lisan, dan sumber benda.
· Sumber tulisan, yaitu
sumber berbentuk tulisan yang mengandung informasi tentang suatu peristiwa. Contohnya,
prasasti, naskah, buku, dokumen tertulis, arsip dan koran
· Sumber lisan, yaitu
keterangan-keterangan yang diperoleh dari Pelaku dan saksi sejarah. Contohnya,
rekaman pidato dan video
· Sumber benda, yaitu
sumber berbentuk artefak atau hasil-hasil budaya yang ditemukan di suatu tempat.
Contohnya, peralatan-peralatan penunjang kegiatan manusia, senjata, fosil, foto,
dan bangunan-bangunan bersejarah.
Beberapa masalah yang
muncul terkait sumber sejarah yang sudah didapatkan, di antaranya sebagai
berikut.
· Sumber sudah sangat tua
· Sumber tidak boleh
sembarangan dibaca (pada daerah tertentu yang boleh membaca hanya orang-orang
tertentu)
· Kesulitan dalam
memahami bahasa yang digunakan
· Lebih banyak
menggunakan tulisan tangan (sumber tua)
· Sumber masih tertutup (batas
dibukanya sumber sekitar 25 tahun setelah peristiwa itu terjadi).
c) Kritik
Setelah data terkumpul dan terorganisasi dengan
baik, proses berikutnya adalah menguji keaslian dan keabsahan data. Proses ini
lazim disebut kritik atau verifikasi sejarah.
Setiap sumber informasi harus diuji keaslian
dan keabsahannya karena setiap sumber dapat saja dipengaruhi oleh berbagai factor,
seperti prasangka, kondisi ekonomi dan iklim politik saat penelitian
berlangsung. Pengujian dilakukan dengan membanding-bandingkan semua demi
mendapatkan data yang paling mendekati kebenaran. Data sejarah atau bukti-bukti
sejarah yang telah diverifikasi kemudian menjadi fakta sejarah
Fakta-fakta sejarah inilah yang kemudian
menjadi landasan penulisan sejarah. Peneliti menyusun, memilah-milah dan
membuat hubungan di antara fakta-fakta, membuat hipotesis atau menarik benang-benang
merah tertentu, lalu menulis sudut pandang atau konstruksinya sendiri tentang
peristiwa yang diteliti (lihat pembahasan tentang tahap interpretasi).
Ditinjau dari sifatnya, fakta sejarah dapat
dikategorikan dalam dua jenis, yaitu fakta keras dan fakta lunak
· Fakta keras (hard fact), yaitu fakta yang telah
diterima kebenarannya atau fakta yang sudah pasti dan tidak perlu diperdebatkan
lagi. Contohnya, pada 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan.
· Fakta lunak (soft fact), yaitu fakta yang masih
memerlukan bukti lebih kuat lagi untuk diyakini kebenarannya. Contohnya, lokasi
pusat Kerajaan Sriwijaya sampai saat ini masih belum dapat dipastikan dengan
benar dan di diskusikan tentang hal tersebut terus berlangsung.
Ditinjau dari wujudnya,
fakta dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fakta mental dan fakta social
· Fakta mental, yaitu fakta yang bersifat abstrak, misalnya
perasaan, pandangan, keyakinan, dan kepercayaan. Contohnya, gambaran atau pandangan
para bangsawan terhadap nilai-nilai tradisi, seperti kebiasaan memberikan
sesaji, mencuci pusaka keraton pada saat-saat tertentu, dan melakukan ritual
pemujaan terhadap penguasa Laut Selatan.
· Fakta social, yaitu konteks hubungan antar manusia dan
situasi masyarakat pada saat peristiwa terjadi. Contohnya, Bagaimana kondisi
sosial masyarakat Majapahit ketika Prabu
Hayam Wuruk menjadi raja? Lembaga-lembaga apa saja yang berfungsi sebagai
pengatur masyarakat? Bagaimana raja mengatur kehidupan beragama masyarakat?
Selanjutnya, kritik
atau verifikasi ada dua macam yakni sebagai berikut.
· Kritik Eksternal
Kritik eksternal adalah kritik atau verifikasi
terhadap keabsahan (keakuratan) dan keaslian atau autentisitas informasi atau
dokumen, seperti bahannya (dokumen dengan tulisannya).
Kritik eksternal dalam hal keabsahan (keakuratan)
data antara lain menyangkut pernyataan-pernyataan berikut.
1) Apakah
data awal telah diubah, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, dengan menyalinnya?
2) Apakah
dokumen itu asli atau Salinan?
3) Jika
tanggal dan penulis data tidak diketahui, apakah ada petunjuk internal yang
menunjukkan asal mulanya?
· Kritik Internal
Kritik internal adalah kritik atau verifikasi
terhadap kredibilitas atau keterpercayaan data. Jadi, menyangkut isi informasi,
apakah data dapat dipercaya atau tidak. Dalam hal ini, seorang peneliti harus
bersikap objektif dan netral dalam menggunakan data yang telah diperoleh
sehingga peristiwa sejarah itu terjamin kebenarannya. Kritik internal umumnya
terkait erat dengan keabsahan (validitas) dan makna data. Dalam hal keabsahan
data, kritik internal menggunakan pernyataan-pernyataan sebagai berikut.
1)
Apa
yang dimaksudkan penulis dengan setiap kata atau pernyataan dalam data?
2)
Seberapa
jauh penulis dapat dipercaya?
3)
Apa
sebetulnya yang ingin dikatakan penulis?
4) Bagaimana
menafsirkan (menginterpretasikan) kata-kata yang digunakan penulis?
· Interpretasi
Setelah diverifikasi, data lalu diinterpretasi.
Peneliti merangkai fakta-fakta yang telah didapatkan serta melihat keterkaitan
diantara fakta-fakta itu, disebut juga interpretasi sintesis, melihat hubungan
sebab akibat, disebut interpretasi
analisis, serta menarik benang merah atau membuat konstruksinya sendiri atas
peristiwa itu. Benang merah ini kemudian diuji di analisis sekali lagi sampai
akhirnya peneliti siap menyampaikan hasil penelitiannya secara tertulis. Jadi,
pada tahap akhir interpretasi, peneliti sudah mempunyai struktur atau sudut
pandang sendiri tentang topik yang diteliti.
· Historiografi
Historiografi berasal dari bahasa Latin historiographia, historia, berarti “sejarah”, “narasi”, dan graphia berarti “penulisan”. Historiografi merupakan tahap akhir
dari metode sejarah yakni, berupa kegiatan menulis. Dalam tahap historiografi.
fakta-fakta yang yang telah dikumpulkan, dikritik dan diinterpretasikan
kemudian disajikan dalam bentuk tulisan yang logis, sistematis dan bermakna.
Ringkasnya, historiografi mencakup penyajian
latar belakang atau konteks peristiwa, kronologi peristiwa, analisis sebab-akibat
dan uraian mendalam mengenai hasil penelitian, dampak serta kesimpulan
penelitian.
Dalam kerangka itu, pernyataan-pernyataan berikut
kiranya membantu.
1)
Apa
yang sebenarnya telah terjadi pada masa yang lalu tersebut?
2)
Apa
dan siapakah penyebab utama dari peristiwa sejarah itu?
3) Sejauh
manakah sebab dan akibat atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu
dapat ditentukan?
4)
Apakah
pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu tersebut dapat memberikan kontribusi
bagi pemahaman kita tentang peristiwa yang sedang berlangsung saat ini?
5) Apakah
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa yang lalu tersebut memiliki
pola-pola yang dapat digunakan untuk memprediksi peristiwa-peristiwa yang
terjadi di masa yang akan datang?
Berikut penjelasan
tentang sumbangan ilmu-ilmu sosial tersebut:
· Arkeologi
Seorang arkeolog
memiliki peran penting terhadap ilmu sejarah karena kemampuannya mengidentifikasi
sumber-sumber sejarah, terutama sumber benda berupa artefak dan bangunan
bersejarah. Proses identifikasi yang dilakukan arkeolog biasanya terkait dengan
lokasi penemuan, jenis dan fungsi artefak, usia dan perkiraan zaman penggunaan
benda itu. Kerja seorang arkeolog juga mendapat bantuan dari ilmu-ilmu lain,
seperti pedologi, yaitu ilmu untuk mengenali jenis-jenis lapisan tanah sehingga
usia benda-benda yang ditemukan dalam proses ekskavasi (penggalian) dapat
diperkirakan dengan lebih tepat.
· Sosiologi dan Antropologi
Antropologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang budaya masyarakat. Antropologi berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa terhadap ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan
budaya masyarakat yang berbeda dari mereka. Antropologi dan sosiologi mirip,
tetapi terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Sosiologi menitikberatkan
masyarakat dan kehidupan sosialnya, sedangkan antropologi mempelajari manusia
sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk social. Sosiologi sangat membantu
sejarah, terutama dalam memahami interaksi atau hubungan antarmanusia serta
membantu menjelaskan aktivitas bersama (kolektif) manusia pada masa lampau. Banyak
teori sosiologi yang dapat membantu peneliti dalam proses interpretasi data.
· Geografi
Ilmu geografi berkaitan
dengan latar geografis tempat sejarah terjadi. Dimensi ruang ini membantu
menjelaskan kejadian sejarah, terutama yang berhubungan dengan lokasi, kondisi,
struktur dan bentuk tanah. Sebagai contoh, alasan masyarakat zaman dahulu
membangun peradabannya di pinggir-pinggir sungai besar. Di Jawa, misalnya,
fosil dan hasil budaya manusia purba banyak ditemukan di sepanjang wilayah
aliran Bengawan Solo, peradaban Mesir ditemukan di wilayah Sepanjang Sungai Nil,
dan sisa-sisa hasil kebudayaan Mesopotamia tersebar di sekitar aliran sungai
Eufrat dan Tigris.
· Ekonomi
Ilmu ekonomi membantu
menjelaskan peristiwa dan cara manusia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya di
masa lampau. Sebagai contoh, mata pencaharian manusia pada masa lampau melewati
tahapan-tahapan, seperti berburu dan meramu, bertani, berternak, lalu berdagang.
Dalam kegiatan perdagangan, mereka memakai sistem barter, yaitu sistem
perdagangan dalam bentuk saling menukar barang.
· Psikologi
Ilmu psikologi berkaitan dengan masalah kejiwaan, pikiran, emosi dan perilaku manusia. Ilmu ini banyak memberikan wawasan kepada peneliti untuk menjelaskan perilaku tokoh atau keterlibatannya secara emosional dalam sebuah peristiwa sejarah. Teori-teori dalam psikologi sosial juga dapat menjelaskan faktor-faktor yang memicu revolusi, demonstrasi dan konflik.
Sumber
: Hapsari, Ratna dan Adil, M.2017. Sejarah
Peminatan Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.