Kamis, 29 Agustus 2019
Columbus yang disponsori Ratu Isabella dari Spanyol berniat
pergi berlayar untuk menemukan jalan baru menuju India. Namun, dalam
perjalanannya, Columbus salah mendarat bukan di India tetapi di sebuah daerah
baru yang membuat namanya mengisi lembar sejarah. Columbus lahir di Genoa,
Italia pada 1451 dan tak banyak diketahui soal masa-masa awal kehidupan sang
penjelajah ini. Namun, diyakini di masa mudanya Columbus bekerja sebagai pelaut
sebelum kemudian menjadi pengusaha pelayaran. Dia lalu terobsesi dengan
kemungkinan menjadi pionir pembuka jalan laut dari dunia Barat menuju China,
India, dan negeri dongeng penuh rempah serta emas di Asia.
Saat itu bangsa Eropa belum mengenal jalur laut yang langsung
menuju ke Asia. Sementara jalur laut lewat Mesir dan Laut Merah ditutup
Kekhalifahan Ottoman, demikian juga jalan darat. Baca: Hari Ini dalam Sejarah:
Lawrence of Arabia Meninggal Dunia Satu hal yang mungkin bertentangan dengan
legenda populer bahwa kelompok-kelompok terpelajar Eropa saat itu sudah yakin
bahwa Bumi itu berbentuk bulat. Sementara itu, Columbus dan banyak orang
lainnya, menyepelekan ukuran Bumi. Dalam perhitungan mereka, Asia Timur
terletak di lokasi Amerika Utara berada. Saat itu, banyak bangsa Eropa yang
belum mengetahui keberadaan Samudera Pasifik dan benua Amerika. Dalam benak
Columbus, hanya Samudera Atlantik adalah satu-satunya penghalang antara Eropa
dan Asia yang kaya. Itulah sebabnya Columbus kemudian menghadap Raja John II
dari Portugal untuk membujuknya agar bersedia membiayai perjalannya ke Asia.
Raja Portugal itu menolak dan Columbus berpaling ke Spanyol
dengan tujuan yang sama. Namun, dia dua kali ditolak Raja Ferdinand dan Ratu
Isabella yang saat itu sedang sibuk berperang melawan bangsa Moor yang
menduduki Granada. Namun, ketika Spanyol sukses mengusir bangsa Moor dari
Granada pada Januari 1492, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella bersedia membiayai
perjalanan Columbus. Begitulah, pada 3 Agustus 1492, Columbus bertolak dari
kota Palos dengan bermodalkan tiga kapal kecil yaitu Santa Maria, Pinta, dan
Nina. Pada 12 Oktober 1492, armada Columbus melihat daratan, kemungkinan adalah
Pulau Watling di Bahama. Columbus dan rombongannya mendarat di pulau itu pada
hari yang sama dan mengklaim daratan tersebut menjadi milik Spanyol. Masih di
bulan yang sama,
Columbus melihat Kuba yang disangkanya adalah daratan China.
Pada Desember, ekspedisi Columbus mendarat di Pulau Hispaniola, yang kini
menjadi Haiti dan Republik Dominika. Saat itu, Columbus menduga dia sudah tiba
di kepulauan Jepang. Di "Jepang" ini Columbus mendirikan permukiman
dengan 39 anak buahnya sebagai penduduk pertama. Columbus kemudian kembali ke
Spanyol membawa emas, rempah, dan orang-orang "Indian" yang
ditangkapnya sepanjang perjalanan. Kepulangannya dengan membawa banyak bukti
itu membuat Columbus diganjar penghargaan tertinggi dari Kerajaan Spanyol. Dia
bahkan diberi pangkat "Laksamana Samudera" dan mendapatkan kesempatan
ekspedisi keduanya. Kali ini dengan 17 kapal yang lebih besar dan mengangkut
1.500 orang, Columbus bertolak dari pelabuhan Cadiz pada September 1493 untuk
memulai ekspedisi Dunia Baru-nya yang kedua.
Saat kembali ke Hispaniola, Columbus menemukan permukiman
yang didirikannya hancur dan seluruh penduduknya tewas dibunuh warga asli pulau
itu. Meski demikian Columbus mendirikan permukiman kedua di Hispaniola.
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Bapak Sosialisme Karl Marx Lahir Dia kemudian
melanjutkan perjalanannya dan tiba di daratan yg kini dikenal sebagai Puerto
Riko, Jamaika, dan beberapa pulau kecil di Karibia. Pada Juni 1496, Columbus
kembali ke Spanyol tetapi disambut kurang hangat karena keuntungan yang
dibawanya lebih kecil ketimbang biaya yang dikeluarkan. Meski demikian, Raja
Ferdinand dan Ratu Isabella yang masih ingin meraup kekayaan Asia kembali
setuju membiayai ekspedisi ketiga Columbus meski jumlahnya lebih kecil. Dengan
perintah harus menemukan jalan ke India, pada Mei 1498 Columbus kembali
meninggalkan Spanyol kali ini membawa enam kapal. Tiga kapal berisi calon
penghuni tanah baru dan tiga kapal lainnya berisi perbekalan untuk penduduk
koloni Hispaniola. Kali ini Columbus mendarat di Trinidad, lalu masuk ke Teluk
Paria di Venezuela, dan mengibarkan bendera Spanyol di Amerika Selatan. Saat
mengamati Sungai Orinoco, saat ini berada di Venezuela, Columbus mulai berpikir
bahwa dia sebenarnya telah menemukan benua baru.
Columbus, yang sangat religius itu, setelah berpikir keras
dia meyakini tanah yang dipijaknya saat itu adalah wilayah terluar Taman
Firdaus. Saat kembali ke Hispaniola, Columbus menemukan bahwa kondisi koloni
itu sangat buruk di bawah pengelolaan dua saudaranya Diego dan Bartolomeus.
Upayanya memulihkan ketertiban diwarnai kekerasan yang ditentang baik para
penduduk koloni maupun ketua suku Taino. Pada 1500, kabar itu sampai di telinga
Raja dan Ratu Spanyol yang kemudian mengirim hakim agung Francisco de Bobadilla
untuk menyelediki masalah tersebut. Setelah melakukan investigasi, hakim
Bobadilla mengirim pulang Columbus dan saudaranya dalam kondisi dirantai.
Namun, tak lama setibanya di Spanyol, Columbus dibebaskan dan bahkan Raja
Ferdinand dan Ratu Isabella bersedia membiayai ekspedisi keempat Columbus. Kali
ini Columbus menjanjikan surga dunia dan dunia emas yang pernah ditemukannya.
Columbus juga berjanji tetap mencari jalan menuju India. Pada Mei 1502,
Columbus berangkat dari Cadiz untuk menjalani ekspedisi terakhirnya mencari
"Dunia Baru". Columbus kembali mampir di Hispaniola meski hal itu tak
disetujui Kerajaan Spanyol. Dia kemudian menyusuri pesisir Amerika Tengah
mencari jalan menuju India sekaligus mencari emas. Baca: Hari Ini dalam Sejarah:
Titanic Tenggelam dalam Pelayaran Perdana Upaya itu berakhir dengan kegagalan
dan saat hendak kembali ke Hispaniola kapal-kapal Columbus dalam kondisi yang
sangat buruk sehingga terpaksa mendarat di Jamaika. Columbus dan anak buahnya
terdampar di Jamaika tetapi dua kaptennya berhasil mengayuh perahu sejauh 720
kilometer menuju ke Hispaniola. Meski demikian, Columbus harus menunggu hingga
satu tahun lamanya sebelum kapal penjemput tiba. Pada November 1504, Columbus
kembali ke Spanyol. Tiga pekan kemudian salah seorang sponsor utamanya Ratu
Isabella meninggal dunia. Meski mendapatkan cukup kekayaan dari hasil emas
Hispaniola selama beberapa tahun terakhir hidupnya, Columbus terus menerus gagal
menghadap Raja Ferdinand.
Pada 20 Mei 1506, Columbus wafat di Valladolid, Spanyol.
Awalnya, jenazah Columbus dimakamkan di kota itu. Namun, atas permintaan
putranya Diego Colon yang juga adalah gubernur Hispaniola, jenazah Columbus
dipindhkan ke biara La Cartuja, Sevilla. Pada 1542, jasad Columbus kemudian
dipindahkan ke koloni Santo Domingo, kini Republik Dominika. Saat Perancis
merebut Hispaniola pada 1795, sisa-sisa kerangka Columbus dipindahkan ke
Havana, Kuba. Setelah Kuba menjadi negara merdeka pada 1989, kerangka Colombus
dipindahkan lagi ke Spanyol dan disemayamkan di Katedral Sevilla. Begitulah,
Columbus sang penjelajah, terus bertualang hingga jenazah dan tulang
belulangnya pun tak berenti bertualang.
PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PENJAJAHAN BANGSA EROPA HINGGA AWAL ABAD XX
A. Berbagai Kebijakan Pemerintahan Kolonial yang Memicu Perlawanan Lokal
1. Kebijakan Portugis
a. Monopoli Perdagangan rempah-rempah
u Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar
di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada
pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai "monopolis“
u Faktor
internal berkontribusi terhadap gagalnya praktik monopoli portugis di malaka:
v
Kekurangan dana
v
Keterbatasan personel atau prajurit
v
Perilaku koruptif pejabat-pejabat portugis (turut
berdagang untuk kepentingan pribadinya )
u Faktor
eksternal berkontribusi terhadap gagalnya praktik monopoli portugis di malaka:
Perlawanan yang dilakukan oleh Kesultanan Johor dan
Kesultanan Aceh
Gambar 1.1
Bangsa Portugis saat di Indonesia
Portugis
melakukan ekspedisi penyelidikan sumber rempah-rempah ke wilayah Hindia Timur,
yaitu kepulauan Maluku, dibawah pimpinan Francisco Serrao. Pada tahun yang
sama, bangsa portugis juga berupaya menjalin persekutuan dengan Kerajaan Sunda
Pajajaran. Persekutuan ini awalnya atas inisiatif Kerajaan Pajajaran. Tujuan
utamanya adalah mendapatkan perlindungan portugis terhadap ancaman ekspansi
Kesultanan Demak ke Pajajaran. Sebagai imbalannya, Kerajaan Pajajaran memberi
kebebasan kepada bangsa portugis untuk menerapkan monopoli perdagangan lada di
wilayah kekuasaannya, terutama di Pelabuhan Sunda Kelapa.
b. Penyebaran
agama Katolik
Isu Kontroversial hingga sekarang adalah
penyebaran agama Katolik oleh Misionaris Portugis di tengah komunitas Islam
yang telah mengakar seperti Maluku. Salah satu hipotesis menyatakan jika agama
menjadi salah satu pemicu, tentu sejak awal Ternate tidak akan menjalani
persekutuan dengan bangsa Potugis. Sebab, bagaimanapun bangsa Portugis memang
membawa misi penyebaran agama.
Sementara itu hipotesis lain menyatakan Ternate
baru menyadari adanya misi eagamaan Portugis dikemudian hari, kerena agama
Islam telah mengakar di kedua kesultanan itu, mungkin saja penyebaran agama
katolik menjadi faktor lain yang melatar belakangi perlawanan
2. Kebijakan VOC dan Pemerintahan Kolonial Belnda
a. Monopoli Perdagangan Rempah-rempah
Dengan
monopoli harga dan jumlah komoditas dagang, seperti rempah-rempah, ditentukan
VOC (Belanda). VOC menerapkan kebijakan ekstirpasi (membakar/memusnahkan
rempah2 yg harga jualnya rendah/sudah terlalu banyak) dan pelayaran
hongi (suatu sistem
keamanan yang digunakan Belanda untuk mengawasi, menjaga, dan mencegah
terjadinya pelanggaran atas perdagangan rempah2 di Indonesia).
Dampak kebijakan ekstirpasi dan pelayaran hongi
:
u Runtuhnya
wibawa dan martabat raja-raja pribumi karena wilayahnya dikuasai
u Raja-raja
diasingkan akibat menolak kebijakan VOC
u Kerajaan
dipecah belah
b. Campur Tangan Terhadap Masalah Internal Kerajaan
Campur
tangan (intervensi) terhadap masalah internal kerajaan merupakan bagian dari
upaya melancarkan monopoli perdagangan. Campur tangan umumnya terjadi ketika
terjadi perebutan takhta di dalam istana.
Dalam
hal tersebut VOC akan berupaya memperuncing persoalan atau melakukan politik
pecah belah dengan memihak salah satu kubu yang bersedia bekerjasama dengan
VOC, yaitu :
u mengakui
kebijakan monopoli VOC
u mengizinkan
VOC menguasai sebagain wilayah kerajaan
u menyerahkan
kedaulatan kepada VOC sebagaimana pernah terjadi di Surakarta pada tahun 1749
u Mendapat
dukungan militer dan finansial VOC besar
u Pengangkatan
pejabat-pejabat keratin
u Penentuan
kebijakan ekonomi-politik kerajaan
u Perebutan
takhta kekuasaan
c. Ekspansi wilayah demi melancarkan kebijakan pintu
terbuka
Ekspansi
adalah peningkatan aktivitas ekonomi dan pertumbuhan dunia
usaha.
Politik Pintu Terbuka ialah pemberlakukan politik kolonial
liberal di negara Indonesia. Dalam kebijakan politik pintu terbuka ini,
pemerintahan Belanda berpendapat bahwa pemerintah hanya berperan sebagai
pengawas dalam bidang ekonomi, sedangkan pihak swasta berperan dalam kegiatan
ekonomi di negara Indonesia.
Sejak
kebijakan pintu terbuka diberlakukan pada tahun 1870, Belanda gencar melakukan
ekspansi ke wilayah-wilayah kerajaan yang sebelumnya merdeka. Wilayah yang
ingin dikuasai Belanda yaitu Tapanuli yang menjadi wilayah kerajaan batak dan
Kalimantan bagian selatan yang menjadi wilayah kekuasaan kesultanan Banjar.
Termasuk dalam wilayah tapanuli adalah simalungun, tanah karo, angkola,
sipirok, dan mandailing. Tujuannya untuk dijadikan lahan bagi
perkebunan-perkebunan besar swasta asing serta memudahkan eksploitasi bahan
galian mineral.
Gambar 1.2
Perang Aceh
Semakin
digencarkan belanda sejak tahun 1870 karena atas penguasaan atas
wilayah-wilayah. Ekspansi ini mendapat perlawanan sengit dari kerajaan batak
dan kesultanan aceh. Bagi kedua kerajaan ini perang dengan Belanda tidak hanya
mempertaruhkan kepentingan ekonomi-politik semata, tetapi juga martabat dan
harga diri kerajaan
d. Arogansi Benda Terhadap Kerajaan Pribumi
Perang
terhadap Belanda juga dilancarkan karena arogansi serta kesewenang-wenangan
Belanda terhadap bangsawan dan raja-raja pribumi. Belanda kerap memperlakukan
para bangsawan dan raja pribumi sebagai bawahan. Adat istiadat, kebiasaan,
aturan, serta hak istimewa mereka tidak dihormati oleh Belanda. Contohnya : perang Diponogoro pada tahun 1825
– 1930 dan perlawanan kerajaan-kerajaan di Bali pada tahun 1846 - 1849
Gambar 1.3
Perang DIponogoro
Gambar 1.4
Perlawanan Kerajaan-kerajaan di Bali
e. Praktik Diskriminasi Terhadap Penduduk Pribumi
Pada
Masa Kolonial penduduk Indonesia digolong-golongkan atas dasar ras, dar yang
paling tinggi status sosialnya (orang Eropa) sampai yang paling rendah
(penduduk pribumi)
u Golongan
Eropa
u Golongan
Indo (keturunan campuran pribumi dan Eropa)
u Golongan
keturunan Timur Asing (Tiongkok, India, dan Arab)
u Golongan
Pribumi (Indonesia) atau inlander : Golonga Bangsawan/Ningrat dan Golongan
Rakyat Biasa
Gambar 1.5
Pendidikan Pada Masa Kolonialisme
f. Penderitaan Rakyat Akibat Sistem Tanam Paksa,
Kebijakan Pintu Terbuka, serta Politik Etis
Rakyat
Jelata adalah mereka yang paling merasakan dampak negative dari berbagai
kebijakan Belnda, seperti monopoli perdagangan, pajak, tanam paksa kebijakan
pintu terbuka, dan politik etis.
Kebijakan
Tanam Paksa, menjadi penyebab terjadinya kelaparan hebat di Cirebon (Jawa
Barat) pada tahun 1843 dan di Jawa Tengah, seperti di daerah Grobongan, antara
tahun 1848 – 1850
Gambar 1.6
Minggu, 18 Agustus 2019
CARA BERFIKIR SEJARAH
Konsep Manusia, Ruang dan Waktu dalam
Sejarah
Jika
kita kembali membaca definisi-definisi tentang sejarah, dalam sejarah terdapat
tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang dan waktu. Dalam semua peristiwa atau
kejadian, manusia adalah pelaku dari semuanya. Peran manusia sangat menentukan
dalam setiap peristiwa sehingga setiap kajian tentang peristiwa akan selalu
melibatkan manusia di dalamnya. Sejarah yang kita jadikan pengetahuan atau
sebagai bahan kajian adalah sejarahnya manusia.
Peristiwa
ataupun kejadian dari masa yang lalu selalu berlangsung dalam batasan ruang
atau tempat tertentu. Unsur ruang yang menjadi tempat terjadinya peristiwa akan
memberikan gambaran jelas kepada kita bahwa peristiwa itu memang ada dan nyata.
Adapun
waktu akan menjadi batasan temporal dari setiap peristiwa yang telah terjadi
atau perjalanan hidup manusia. Sejarah manusia tidak dapat terlepas dari waktu.
Hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam uraian tentang konsep diakronik
dalam sejarah. Hanya manusia yang memiliki kesadaran akan waktu sehingga hanya
manusia yang mempunyai sejarah. Konsep waktu dalam sejarah meliputi dua hal
yaitu:
1. Proses keberlangsungan dari suatu
peristiwa dalam batasan waktu tertentu
2. Kesatuan kelangsungan waktu yaitu
waktu pada masa yang lampau, sekarang dan masa yang akan datang.
Contoh konsep
manusia, ruang dan waktu:
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945
Gambar I
Unsur manusia atau pelaku peristiwa, sukarno sebagai pembaca naskah
proklamasi, di sebelahnya tampak Drs. Mohammad Hatta, dan sejumlah tokoh
lainnya, seprti Daidancho Latief Hendra Ningrat selaku penanggung jawab keamanan
(paling kanan). Ruang, bahwa peristiwa tersebut berlangsung di halaman rumah
Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta (kini berdiri Tugu
Proklamasi). Adapun waktu menyangkut kapan peristiwa tersebut berlangsung yaitu 17
Agustus 1945
Cara Berfikir Kronologis Dalam Mempelajari
Sejarah
Sejarah
mengajarkan kepada kit acara berfikir kronologis, artinya berpikirlah secara
runtut, teratur, dan berkesinambungan. Konsep kronologis akan memberikan kepada
kita gambaran yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan
aspek tertentu. Tujuannya agar kita dapat dengan mudah menarik manfaat dan
makna dari hubungan antarperistiwa yang terjadi.
Adapun
dalam kehidupan sehari-hari, konsep berpikir kronologis ini sangat diperlukan
jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan
berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan
dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Dalam
sejarah dikenal kronologi, yang secara etimologis berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu chronoss dan logos. Hal ini sama dengan pengertian sebelumnya bahwa
chromoss adalah waktu, sedangkan logos adalah “uraian” atau “ilmu”. Jadi kronologi
adalah ilmu tentang waktu yang membantu untuk menyusun peristiwa atau
kejadian-kejadian sejarah sesuai urutan waktu terjadinya. Peristiwa sejarah
diawali sejak keberadaan pembagian waktu dalam sejarah yang dapat ditinjau dari
berbagai aspek.
Cara
berpikir kronologis dapat mempermudah kita dalam melakukan rekontruksi terhadap
semua peristiwa masa lalu dengan tepat. Kronologi sangat penting agar terhindar
dari anakronisme. Anakronisme adalah ketidakcocokan dengan zaman tertentu. Kronologi
juga membantu kita agar dengan mudah dapat menghubungkan dan membandingkan
peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat yang berbeda, tepai dalam waktu
yang sama. Contohnya, pada Agustus 1945, pihak sekutu menjatuhkan bom atom di
Hirosima dan Nagasaki mengakibatkan kekalahan Jepang. Pada bulan dan tahun yang
sama, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Cara Berfikir Diakronik dalam
Mempelajari Sejarah
Secara
etimologis, kata diakronik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dia dan chronoss. Dia
mempunyai arti “melintas”, “melampaui”, atau “melalui”, sedangkan chromoss
berarti waktu. Jadi, diakronik berarti sesuatu yang melintas, melalui, dan
melampaui dalam batas waktu.
Jika dikaitkan
dengan sejarah, sesuatu yang dapat melintas, melalui, atau melampaui tersebut
adalah peristiwa atau kejadian. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sejarah
merupakan kumpulan peristiwa. Setiap peristiwa yang terjadi tersebut dibatasi
oleh waktu. Contohnya sebagai berikut:
1. Masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk
berlangsung antara tahun 1350-1389
2. Perang Diponogoro (Perang Jawa)
berlangsung antara tahun 1825-1830
3. Penjajahan Jepang di Indonesia
berlangsung antara tahun 1942-1945
4. Belanda menyerah kepada Jepang di
Kalijati, Subang, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942
Cara
berfikir diakronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam
mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada
waktu yang tertentu. Masih berhubungan dengan pembatasan waktu, sejarah
mengenal istilah periodisasi, yakni pengklasifikasian peristiwa-peristiwa
sejarah dalam tahap-tahap dan pembabakan tertentu.
Sebelum
menyusun periodisasi, para sejarawan akan membuat klasifikasi peristiwa yang
akan menjadi kajiannya, dan membuat kesimpulan-kesimpulan pada setiap periode. Periodisasi
dalam sejarah diperlukan karena penting bagi kita agar dapat mengadakan
tinjauan secara menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan
saling berhubungan dalam berbagai aspek.
Gambar II
Gambar II
Awan cendawan akibat ledakan bom atom di Kota Hirosima
pada tanggal 6 Agustus (kiri) dan Nagasaki pada 9 Agustus (kanan), Jepang,
tahun 1945. Kedua peristiwa menyebabkan Jepang menyerah kepada sekutu dan
Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaannya
Sebagai
contoh periodisasi yang akan dibuat berkaitan dengan perkembangan sejarah
kebudayaan secara umum, maka akan dibuat dua eriode perkembangan kebudayaan
sebagai berikut.
1. Zaman paraaksara yang juga disebut
dengan zaman prasejarah adalah zaman yang dimulai
sejak manusia belum mengenal
tulisan hingga ditemukannya tulisan
2. Zaman aksara atau disebut juga dengan
zaman sejarah yaitu zaman ketika manusia sudah
mengenal tulisan hingga sekarang
Dari
kedua zaman yang telah di klasifikasikan ini, dapat dilakukan rekontruksi
terhadap tahap-tahap perkembangan kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat
tertentu. Periodisasi dalam penulisan sejarah dapat dilakukan dengan banyak klasifikasi
berdasarkan sejumlah aspek dalam kehidupan manusia, seperti perkembangan system
politik, pemerintahan, agama dan kepercayaan, ekonomi dan social budaya. Contoh
berikut adalah periodisasi yang dibuat berdasarkan system mata pencarian hidup
dalam sejarah Indonesia yaitu :
1. Masa berburu dan meramu
2. Masa bercocok tanam
3. Masa bercocok tanam tingkat lanjut
4. Masa perundagian
Periodisasi
yang banyak digunakan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan masyarakat, system
politik, ekonomi, agama dan kepercayaan adalah pembabakan berdasarkan urutan
dinasti suatu kerajaan, seperti yang terdapat pada sejarah bangsa-bangsa di
Asia. Di Asia, umumnya kedudukan raja dianggap penting dalam masyarakat, seperti
contoh berikut ini. Dinasti yang pernah memerintah Jawa dari masa perkembangan
agama dan kebudayaan Hindu-Budhha hingga Islam yaitu :
1. Dinasti (Wangsa) Sanjaya (732-850 M)
2. Dinasti Syailendra (750-900 M)
3. Dinasti Isyana (900-1222 M)
4. Dinasti Girindra (1222-1478 M)
5. Dinasti Demak (1521-1568 M)
6. Dinasti Pajang (1568-1600 M)
7. Dinasti Mataram (1600-1775 M)
Periodisasi
bertujuan membuat klasifikasi dalam sejarah sehingga akan memudahkan kita
memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologis. Melalui periodisasi,
kita menjadi mudah untuk memahami hal-hal yang terkait dengan :
1. Perkembangan manusia dari waktu ke
waktu
2. Kesinambungan antar periode
3. Kemungkinan terjadinya fenomena yang
berulang dan
4. Perubahan yang terjadi dari periode
awal hingga ke periode berikutnya
Contoh lainnya
adalah periodisasi sejarah Indonesia :
1. Masa praaksara
2. Masa kedatangan dan perkembangan
agama dan kebudayaan Hindu-Budhha
3. Masa kedatangan dan perkembangan
agama Islam
4. Masa kekuasaan kolonialisme Barat
5. Masa pendudukan Jepang
6. Masa Revolusi
7. Masa Orde Lama
8. Masa Orde Baru
9. Masa Reformasi
Masih
berkaitan dengan waktu, dalam sejarah kita juga dikenalkan dengan istilah
kronik. Kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Kronik
berupa catatan perjalanan yang ditulis oleh para musafir, pendeta dan pujangga
pada masa lalu. Mereka pada umumnya menulis tentang peristiwa, kejadian,
hal-hal yang menarik perhatian dan mengesankan yang mereka temui disuatu tempat
dan pada waktu tertentu.
Sumber : Buku Sejarah Indonesia Kelas
X, Ratna Hapsari & M. Adil, Erlangga
Cara Berfikir Sinkronik dalam
Mempelajari Sejarah
Kata
sinkronik berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu syn yang berarti “dengan”, dan chronoss yang berarti “waktu”. Adapun dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
snkronik diartikan sebagai segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa
yang terjadi pada suatu masa. Kajian sejarah secara sinkronik artinya
mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu
tertentu secara mendalam. Lebih lengkapnya dapat dijelaskan bahwa konsep
sinkronik dalam sejarah adalah cara mempelajari atau mengkaji, pola-pola,
gejala, dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu. Secara umum,
sinkronik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengkaji peristiwa sejarah yang
terjadi pada masa tertentu
2. Menitikberatkan kajian peristiwa pada
pola-pola, gejala, dan karakter
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit dari
diakronik
6. Kajiannya sistematis
7. Sifat kajian mendalam
Dapat
dikatakan bahwa sinkronik dalam sejarah adalah kajian yang lebih
menitikberatkan pada penelitian gejala-gejala yang meluas dari sebuah
peristiwa, tetapi dengan waktu yang terbatas. Contoh, seorang sejarawan ingin
menyusun sejarah perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang. Hal yang akan
dia lakukan adalah meneliti gejala atau fenomena perkembangan kehidupan ekonomi
bangsa Indonesia yang terjadi pada masa pendudukan Jepang itu saja. Tidak ada
tulisan yang membandingkan dengan kondisi ekonomi masa pendudukan Jepang di
tempat lain. Jika menerapkan konsep sinkronik, sejarawan tersebut hanya akan
mengamati semua yang terkait dengan masalah perekonomian tersebut secara
mendalam dan terstruktur.
Konsep Perubahan dan Keberlanjutan
dalam Sejarah
Perubahan
adalah peristiwa atau kejadian yang membuat perbedaan. Perubahan dapat terjadi
secara cepat atau lambat. Contoh perubahan yang terjadi secara cepat adalah
peristiwa pengeboman Kota Hirosima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Kejadian
tersebut membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus
1945. Perubahan juga dapat terjadi secara lambat. Contohnya, penerapan politik
etis di Hindia Belanda mendorong kebangkitan nasional Indonesia pada awal abad
XX.
Adapun
keberlanjutan adalah kebalikan dari perubahan, yaitu suatu keadaan yang telah
berlangsung lama. Contohnya, Wangsa Syailendra berkuasa di Jawa selama sekitar
250 tahun. Keberlanjutan berlangsung secara garis lurus sampai terjadi
perubahan sehingga berlangsung secara zig-zag.
Perubahan
dan keberlanjutan dapat kita ketahui dengan cara membandingkan dua atau lebih
peristiwa atau keadaan pada masa lalu. Selain itu, perbandingan juga dapat
dilakukan antara dua atau lebih peristiwa masa lalu dan peristiwa masa kini. Contohnya,
untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia, kita dapat membandingkan
kebijakan pemerintah kolonial Belanda dengan pemerintah pendudukan Jepang. Selain
itu kita juga dapat membandingkan perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
kebangkitan nasional dengan masa sekarang.
Periodisasi
adalah cara untuk menandai perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah. Periode sejarah
ditentukan oleh perubahan penting. Adapun keberlanjutan menghubungkan
periode-periode dalam sejarah. Sebagai contoh, periodisasi dalam sejarah
Indonesia dari masa praaksara hingga masa Islam. Perubahan penting yang
menandainya adalah bangsa Indonesia mulai mengenal tulisan sekitar abad IV M.
Hal
tersebut dibuktikan oleh temuan Yupa. Bangsa Indonesia pun mulai meninggalkan
masa prasejarahnya. Selanjutnya, masa Hindu-Budhha dimulai. Hal ini ditandai
berdirinya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Masa Hindu-Buddha kemudian
digantikan masa Islam yang ditandai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Masa praaksara,
masa Hindu-Budhha, dan masa Islam merupakan keberlanjutan dalam sejarah
Indonesia.